Barang ini tentu tak ada lagi orang yang tak pernah melihatnya. Kamu kontributornya gak? Kamu perduli gak? Kamu merasa risih gak? Kamu terasa aromanya gak? Kamu takut gak kalau ini membuat kamu jadi sakit? Saya yakin kalau ada jalan lain, kita bakalan tidak mau melewati jalan yang ada benda-benda seperti gambar di atas.
Nah...ini terjadi gak jika kita bisa mejaga agar ini tidak terjadi? saya yakin bisa. sementara yang menjadi persoalan adalah ketidakpedulian kita akan bahaya sampah itu, kemudian rasa memiliki kita terhadap lingkungan yang bersih juga belum tumbuh dalam diri kita. Tidak usah jauh-jauh, untuk membuangkan bekas minuman kita saja, misalnya minuman yang terbuat dari plastik berbentuk gelas alias aqua gelas ke tempat sampah saja kita belum bisa. Kita masih belum ada beban di hati kita untuk mencampakkan bekas minuman atau makanan kita ke sembarang tempat, di halaman, di lapangan, di parit-parit, di sungai bahkan di jalan raya.


Gambar di atas merupakan satu contoh bagaimana perasaan apatisnya pengendara mobil terhadap kebersihan lingkungan. Siapa mereka? Secara kasat mata mereka adalah orang-orang dengan tingkat perekonomian kelas atas. Apakah mereka berpendidikan? Kita berasumsi bahwa mereka juga adalah orang-orang yang berpendidikan. Lantas apa yang mereka lakukan dengan pendidikan dan tingkat perekonomian mereka? ya ini salah satunya, buang sampah sembarangan. Wah ternyata tingkat pendidikan dan tingkat perekonomian seseorang tidak menjamin mental yang baik ya...
Ketidakbaikan itu juga bisa ditularkan pada generasi selanjutnya, sebagai contoh orang yang sedang naik mobil dengan keluarganya, kemudian anaknya membuka jendela mobil dan membuang sampah ke jalan raya, kemudian tidak ada teguran sama sekali dari orang tuanya. Maka perbuatan tersebut akan menjadi anggapan kepada anak bahwa membuang sampah ke jalan raya atau ke luar mobil itu hal biasa. Lebih parah lagi ketika si anak membuang bekas makanannya di dalam mobil lalu orang tuanya marah karena takut mobilnya kotor dan menyuruh anaknya untuk membuang sampah itu keluar. Kacau.....Tidak hanya pengendara mobil, hal tersebut juga terjadi pada pengendara sepeda motor dan kendaraan lainnya.
Saya teringat pada sebuah cerita dosen saya di Pasca Sarjana Unimed yang sempat kuliah Doktoral (S3) di Malaysia. Beliau menceritakan ketika ia akan berangkat ke hotel dengan mengendarai Taxi. Sementara taxi itu berjalan menuju hotel, si dosen merasa lapar karena belum makan. Kemudian ia menarik sebuah roti berbungkus plastik dari dalam tasnya untuk dimakannya di dalam taxi itu sembelum sampai ke hotel. Belum lagi si dosen membuka rotinya, masih suara plastik yang berisik, si supir taxi menegur si dosen dan melarangnya untuk memakan rotinya di dalam taxinya itu. Supir taxi itu mengatakan kalau si dosen mau memakan rotinya, nanti setelah ia sampai ke hotelnya. Dengan agak jengkel si dosen lantas memasukkan kembali rotinya ke dalam tas, dan kejengkelannya itu ia ceritakan kepada kami. Hanya saja pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian si dosen adalah bahwa begitu ketatnya negara tetangga itu dalam memelihara sampah jangan sampai terbuang sembarangan, sampai-sampai di ruang privasi (taxi) yang ia bayarpun tidak bisa memakan makanan yang akan menimbulkan sampah.
Saya teringat lagi pada seorang seniman taman budaya Medan, Winarto namanya. Ketika ia sedang melakukan tour ke Malaysia (Malaka) bersama kelompok musiknya, dan setelah ia dan grupnya selesai tampil, iapun berjalan ke sebuah lapangan rumput yang teduh dan ada bangku-bangkunya untuk masyarkat duduk dan menikmati suasana di situ. Tidak ada orang di sana, Winarto dengan seorang temannya kemudian duduk di bangku yang ada di lapangan tersebut sambil istirahat dan bersantai. Karena Winarto seorang perokok, lantas ia melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang di sana, lalu menyalakan rokoknya. Selesai Winarto merokok, ia meletakkan puntung rokoknya di bawah kakinya dan memijaknya supaya mati. berselang lima menit saja, seseorang mendatanginya dan permisi kepada Winarto untuk memungut puntung rokok yang ada di bawah dekat kakinya dan meletakkannya di tempat sampah yang ia bawa. Wih, betapa malunya Winarto dengan perlaku orang itu yang telah memungut puntung rokok dari kakinya. Semenjak itu Winarto tak lagi merokok di daerah itu.
Kejadian di atas menjadi pelajaran bagi kita bagaimana jika budaya bersih sudah menginternalisasi dalam kepala kita, maka dimanapun kita berada, kita akan tetap membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.
ADS HERE !!!