Terpuji lah wahai engkau ibu bapak guru...
Namamu akan selalu hidup dalam sanubari ku..
Petikan lirik itu selalu dinyanyikan setiap hari guru tanggal 25 November di setiap sekolah.
Tidak jarang air mata harus menganak sungai di atas pipi. Tetapi tidak jarang juga beberapa guru harus mengalirkan air mata karena tingkah siswanya yang kurang beradab.
Berita yang cukup viral di media sosial baru-baru ini membuktikan bahwa gempuran modernisasi sampai merambah ke wilayah institusi pendidikan dan memiliki dampak yang buruk terhadap kepribadian siswa.
Namanya dinamika guru dan itu harus difahami.
Ada 4 kompetensi guru yang harus dimiliki, yaitu:
a. Kompetensi pedagogik
Guru harus mampu melakukan interaksi kepada para peserta didiknya. Interaksi verbal maupun non verbal dalam proses pembelajaran berbeda dengan interaksi yang dilakukan di luar sekolah alias di lingkungan sosialnya. Salah satu perbedaannya adalah pada persoalan penggunaan kalimat-kalimat yang benar menurut EYD, dan lain lain.
B. Kompetensi profesional
Seorang guru harus memahami profesinya sebagai guru, artinya segala kegiatan yang terkait sebagai guru harus dimiliki, misalnya mampu membuat RPP, membuat bahan ajar dan lain-lain.
C. Kompetensi sosial
Seorang guru selain mampu mengajar di sekolah, ia juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Guru juga harus mampu bergaul baik di masyarakat, artinya seorang guru harus memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan masyarakatnya.
D. Kompetensi kepribadian
Seorang guru juga harus mampu menjadi contoh bagi orang lain dalam segala hal, yang paling penting adalah kepribadian yang baik, sehingga seorang guru mampu dengan kepribadiannya memberikan tauladan kepada orang lain dalam bertingkah laku di lingkungan masyarakat.
Terkait kesejahteraan, guru dengan profesinya memang dituntut untuk mampu berbesar hati dengan apa yang didapatkannya dari apa yang sudah dikerjakannya.
Permendikbud no 15/2018 sudah di atur tentang kewajiban PNS (jika ia seorang guru PNS)
PP 19/2017, juga menjelaskan tugas guru, dan beberapa peraturan--peraturan lain yang terkait dengan kewajiban dan larangan guru.
Beberapa guru terpaksa berurusan dengan dunia perbankan untuk memenuhi kebutuhannya, walau itu hanya sebuah pilihan.
Sedangkan yang menjadi rancu dalam dunia per"guru"anak ini adalah persoalan birokrasi atau administrasi yang harus membedakan guru bersertifikasi dan tidak bersertifikasi yang ditandai dengan selembar kertas berisikan keterangan telah menjadi guru profesional. Beberapa teman-teman guru yang telah lama mengajar tetapi belum memiliki sertifikat guru Profesional terpaksa harus mengurut dada ketika tunjangan profesi guru itu mencair kepada para guru profesional. Apakah ia bukan guru profesional?? Miris memang, tetapi itulah realita.
Semoga semua guru mampu berorientasi tidak hanya kepada uang, tetapi yang lebih besar lagi yaitu pahala dari Allah SWT, Tuhan yang maha memberikan rezeki. Amin.
Bagaimana menjadi guru?
Melirik pada 4 kompetensi yang tertera di atas, saya tertarik dengan kompetensi kepribadian dalam rangka berhadapan dengan siswa. Kepribadian terbentuk dari hasil sosialisasi, dengan demikian maka sangatlah perlu memperhatikan media sosialisasi yang dijalani tidak hanya bagi seorang guru, tapi bagi semua orang.
Seorang guru harus memahami bahwa zaman terus berubah, perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang mengikutinya. Modernisasi di segala bidang merambah sampai ke pelosok-pelosok negeri. Siapa yang menutup diri atasnya maka harus bersiap untuk tergilas olehnya.
Dalam diri seorang guru hendaknya ada sebuah kekuatan untuk bisa mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu tetap salah, sehingga kebenaran dan kesalahan itu tidak bisa dinegosiasikan lagi. Seiring dengan itu kemampuan pedagogik juga sangat penting bagi seorang guru untuk bisa berkomunikasi dengan siswa dengan memperhatikan etika/nilai/norma dalam proses berkomunikasi itu. Harus difahami bahwa siswa hari ini sangat berbeda dengan siswa puluhan tahun yang lalu. Hegemoni modernisasi dengan segala implikasinya sedikit banyak telah memasuki ranah kepribadian siswa saat ini. Untuk itu seorang guru juga harus cerdas dalam memahami setiap perubahan-perubahan yang terjadi, lantas membuat formula untuk mengantisipasinya. Seorang guru tidak harus gila hormat, tetapi bagaimana membuat siswa tetap faham akan statusnya dan peran yang mengiringinya. Artinya seorang guru harus mampu menjadi, guru, orang tua, teman, tempat curhat, kalau perlu mampu menjadi problem solver bagi siswanya. Susah memang, tapi jika dinikmati maka semua akan terasa menyenangkan, walaupun terkadang banyak juga siswa yang ngelunjak lantas melupakan etika ketika berinteraksi dengan gurunya. Inilah perlunya tarik ulur ketika berhadapan dengan siswa.
Sebagai seorang guru aku juga pernah beberapa kali harus menampar siswa karena bagiku cara itu yang paling efektif untuk menyampaikan kepadanya bahwa ia telah melakukan kesalahan. Jangan bilang itu tidak ada dalam teori pendidikan, buatku teori pendidikan tidak bersifat universal, tapi bersifat lokal. Muara dari semua itu adalah menjadikan seorang guru tetap berwibawa dan memiliki Marwah di hadapan para siswanya. Terima kasih.
Bagaimana guru yang baik Dimata siswa?
Yok kita dengar di Chanel YouTube "ikhwan rivai" judulnya guru Dimata siswa dan siswa di mata guru.