Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat Pagi, Salam sejahtera buat kita semua.
Anak-anak sekalian...
Satu hal yang patut kita syukuri adalah bahwa kita masih diberikan kesehatan oleh Allah SWT, Tuhan yang maha Esa, karena dengan modal itulah kita masih bisa terus melanjutkan proses pendidikan kita, dan semoga kesehatan yang ada pada diri kita ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk terus menggali ilmu untuk kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.
Anak-anak sekalian...
Mari kita fokuskan keberadaan kita di sekolah ini untuk belajar. Belajar berbagai hal, keilmuan, nilai-nilai, etika, sopan santun, ketrampilan, olahraga dan lain sebagainya. Harus kita sadari bahwa sekolah ini tidak semata-mata belajar tentang keilmuan, tapi juga etika, sopan santun, berinteraksi dengan baik dengan orang lain dan sejenisnya. Hal itulah yang menyebabkan kurikulum pendidikan nasional saat ini memiliki Kompetensi inti pertama dan kedua, yaitu kompetensi religi dan kompetensi sosial.
Anak-anak sekalian...
Disetiap sekolah biasanya memiliki budaya sekolah, contoh bersalaman jika ketemu, itu sudah jalan, bagus. Tersenyum ketika bertemu orang yang lebih tua, itu sudah jalan, bagus. Bagaimana dengan budaya terlambat?Buang sampah pada tempatnya? Belum! Kita masih memiliki budaya buang sampah sembarangan. Susah ya, cuma persoalan buang sampah Lo...mental kita belum baik dalam persoalan itu. Bagaimana negeri ini berangkat menuju negara maju/modern? Maka saya boleh dong berhipotesa bahwa salah satu indikator negara modern adalah bahwa masyarakatnya sudah mampu membuang sampah pada tempatnya. Maka, selama kita belum mampu buang sampah pada tempatnya maka kiranya agak susah negeri ini berangkat dari negara transisi ini menuju negara maju/modern.
Seorang seniman Taman Budaya Sumatera Utara, bernama Winarto Kartupat pernah bercerita ketika ia berada di Malaka (Malaysia). Sehabis tampil di sana ia bersama seorang temannya duduk-duduk di sebuah lapangan. Mereka menoleh ke kanan dan ke kiri dengan maksud ingin merokok. Karena mereka tak melihat ada orang maka merekapun merokok. Setelah rokok mereka habis, maka Winarto meletakkan puntung rokoknya di dekat kakinya dan memijakkannya agar mati. Beberapa menit kemudian, tanpa disangka, seorang tukang bersih-bersih datang dan mengutip puntung rokok dari bawah kaki si Winarto itu tanpa marah. Betapa malunya si Winarto waktu itu, dan semenjak itu, ia tak lagi sembarangan untuk merokok di luar area merokok. Nah, cerita itu menunjukkan bahwa mereka tak perlu menghukum orang dengan kekerasan fisiknya, tapi cukup dengan menyentuh budaya malunya. Seorang yang bermental baik mungkin tepat dengan cara itu, tapi jika memang mentalnya bobrok, cara itu tentu tidak cukup efektif. Bagaimana dengan kita?
Anak-anak sekalian...
Sistem pendidikan yang dikonstruksi (dibangun) oleh pemerintah ini sebenarnya sudah cukup baik. Tetapi perlu diingat bahwa sistem pendidikan yang baik juga harus didukung oleh semua sub sistem (unsur-unsurnya), peraturannya, sarana dan prasarananya, tenaga pendidiknya, atau siswanya. Jika satu saja dari unsur itu tidak baik atau terganggu, maka yang namanya sistem tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu anak-anak sekalian, mari kita bersinergi menciptakan sebuah ilklim pendidikan yang sehat dan baik. Kita tentu tidak menginginkan berada pada sebuah institusi pendidikan yang tidak mendidik.
Semoga amanat ini bermanfaat,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat Pagi.