Konon di sebuah perusahaan terdapat para pegawai dengan bidang kerjanya masing-masing. Perusahaan ini telah berdiri lama dengan segala dinamika yang terjadi di dalamnya. Perusahaan ini cukup terkenal dan diminati oleh seluruh masyarakat agar kelak mereka atau keturunan mereka dapat bekerja di sana. Kesejahteraan para pegawainya juga boleh dikatakan lumayanlah, mampu untuk memenuhi tidak hanya kebutuhan primer dan sekunder, tapi juga dapat sedikit-sedikit memenuhi kebutuhan tersiernya. Berbagai kegiatan seriing dilakukan di sana, apalagi jika ada perayaan nasional perusahaan itu juga jarang absen untuk ikut memeriahkannya.
Gambar ini hanya illustrasi.
Pada suatu saat masuklah seorang pegawai baru yang sudah diterima di perusahaan tersebut. Karakter pegawai baru ini bisa dibilang baik walau ia agak pendiam jika dibandingkan dengan beberapa yang lain yang suka bercanda dan banyak basa-basi. Begitupun ia mampu mengikuti budaya perusahaan tempat ia bekerja saat itu. Sebut saja "Gilang" nama pegawai baru tersebut. Gilang menjalanakan pekerjaannya dengan baik dan ia sangat menikmati pekerjaanya. Gilang juga sering berhubungan dengan pegawai lain di bagian-bagian yang lain di perusahaan itu. Ia selalu ramah pada setiap pegawai yang ia temui di perusahaan tersebut, membuat yang lain tidak merasa Gilang sebagai pegawai baru yang sombong. Begitupun tetap saja ada orang yang mungkin tidak senang kepadanya, tapi Gilang tak ambil pusing dengan itu, yang penting ia bekerja saja sesuai dengan tupoksi yang ia punya.
3 tahun sudah Gilang bekerja di perusahaan tersebut dengan segala kegiatan yang ia lakukan. Tapi Gilang tetap laki-laki normal yang matanya terkadang tidak bisa juga untuk tidak melihat wanita-wanita di perusahaan tersebut, bukan bermaksud untuk sesuatu yang tidak baik, tetapi hanya melihat saja sebagai bagian dari lingkungan sosial tempat ia bekerja. Sesekali Gilang juga menegur beberapa teman wanitanya yang juga merupakan pegawai di perusahaan tersebut sebagai bentuk dari persahabatan yang ia lakukan.
Gambar ini hanya illustrasi
Seorang pegawai wanita yang bekerja di bagian arsip atau tata usaha, sebut saja namanya "Nisa" selalu bekerja di dalam kantor dan berkutat dengan segala macam pekerjaannya. Sesekali ia keluar untuk urusan ke kamar mandi, beli makanan atau yang lainnya yang harus berhubungan dengan pegawai yang lain. Gilang sering melihat Nisa ketika sedang keluar dari ruangannya. Mata Gilang sempat sesekali memperhatikan dengan seksama wanita ini. Gilang sebelumnya tidak terlalu kenal dengan si Nisa ini dan sempat bertanya kepada temannya siapa wanita itu. Teman Gilang hanya mengatakan, itu pegawai bagian Tata Usaha dan sombong orangnya.
Gilang menelan sementara apa yang ia dengar dari temannya. Dalam fikiran Gilang bagaimana sih sombongnya wanita itu? Beberapa kali Gilang melihatnya ia mencoba untuk memberanikan diri menegur wanita itu. Ketika Nisa sedang keluar dari ruangannya dan masuk ke toilet, Gilang sengaja mengambil tempat duduk di tempat yang bakal dilewati Nisa kalau akan kembali ke ruangannya. Nisapun keluar dari toilet dan akan berjalan kembali ke ruangannya, dan dengan memberanikan diri Gilang menegur Nisa, buk..Nisa menoleh sebentar...ibuk siapa namanya? Dengan nada datar ia menjawab, Nisa pak, dan langsung bergerak menuju ruangannya kembali tanpa balik bertanya nama Gilang, walaupun Gilang sendiri bingung jika harus menyambung pembicaraan lagi. Sebentar Gilang berfikir, sukurlah ia masih mau menjawab pertanyaanku, kukira ia bakal diam aja dan mencuekkanku, ternyata gak terlalu sombong seperti yang kawanku katakan kok, fikir Gilang sejenak.

Waktupun terus bergerak mengiringi jarum jam yang terus berputar tanpa henti. Beberapa kegiatan perusahaan membuat Nisa harus beberapa kali berhubungan dengan pegawai lain untuk membagikan beberapa surat-surat yang harus disampaikan. Gilang juga kebagian unutuk diberi surat oleh Nisa yang membuat Gilang punya kesempatan untuk melihat dari dekat wanita itu dan berharap bisa bercakap-cakap walau sebentar dengannya. Ketika Nisa memberikan surat kepada Gilang, Gilang menerimanya sambil memperhatikan wajah Nisa dengan fokus ketika Nisa tidak melihatnya, sambil ada keinginan untuk dapat berkenalan dengannya, walau kata temannya Nisa ini orang yang sombong. Tapi apa boleh buat tidak ada moment atau kesempatan yang bisa membuat Gilang bisa ngobrol berdua dengan Nisa. Jangankan ngobrol, untuk berkenalan lebih dekat saja masih agak susah. Gilang hanya memanfaatkan moment kegiatan perusahaan yang mengikutsertakan semua pegawai untuk bisa melihat Nisa dan mengenalinya. Seberapa banyaklah wantu itu, tapi Gilang tetap menampilkan sikap bahwa mereka memang hanya teman biasa, dan memang Gilang sendiri hanya sekedar ingin mengenal saja, tidak ada rasa apa-apa kepada Nisa pada waktu itu. Gilang lebih pada hanya ingin berteman saja dan bisa berinteraksi dengan lepas layaknya dengan teman yang lain. Tidak lebih dari itu.
Gilang, selain seorang pegawai perusahaan, ia juga punya hobi bermusik dan membuat konten-konten untuk chanel youtubnya. Gilang juga ternyata sedang berproses mencoba keberuntungan di youtube dan ia sangat menikmatinya. Suatu hari perusahaan mengadakan kegiatan yang melibatkan semua pegawai perusahaan. Gilang melihat kegiatan ini bisa dijadikan konten buat chanel youtubenya. Kegiatan itupun berlangsung. Semua pegawai berpartisipasi di dalamnya dengan kesibukannya masing-masing. Gilang juga tak mau ketinggalan menyiapkan kameranya untuk meliput jalannya kegiatan tersebut untuk dijadikan konten. Dalam proses pengambilan video itu Gilang juga menyempatkan diri untuk mewawancarai beberapa pegawai untuk dimintai penjelasan tentang kesan dan pesan yang mereka rasakan pada kegiatan tersebut. Ternyata Gilang melihat Nisa sedang duduk setelah melakukan kegiatannya. Gilang mengambil kesempatan untuk mewawancarainya, dengan harapan Nisa mau memberikan respon atas wawancara yang ia lakukan kepadanya. Halo Bu Nisa...bagaimana pesan dan kesan ibu dengan acaranya ini? tanya Gilang pada Nisa. Tanpa diduga, Nisa memberikan pesan dan kesannya dengan sangat lugas dan bahasa yang tidak dibuat-buat, melainkan dengan apa adanya dan bagaimana cara ia berbicara ya begitulah ia menjelaskan pesan dan kesannya untuk merespon wawancara Gilang. Gilang terkesima dan senang sekali dengan jawaban-jawaban Nisa pada pertanyaannya. Di situ Gilang merasa, wah...ni cewek kok aku senang sekali mendengar cakap-cakapnya ya...suaranya juga terkesan lepas dan apa adanya. Saat itulah ada sedikit rasa senang Gilang pada Nisa yang kata teman-temannya sombong, ternyata dalam fikiran Gilang ternyata tidak, dia malah asik kok orangnya, enak kok cakap-cakapnya dan membuat Gilang tertarik untuk kembali ngobrol dengan Nisa, tapi tak ada moment yang bisa membuat mereka bisa ngobrol dengan leluasa. Di akhir wawancara itu Gilang menyempatkan untuk bertanya instagram Nisa dengan alasan agar dipromosikan pada video yang akan ia upload ke youtoubnya. Nisa dengan senang memberitahukan instagramnya. Acara perusahaanpun selesai.
illustrasi gambar
Sampai di rumah Gilang segera mengedit video yang sudah ia rekam pada acara tersebut agar segera bisa ia upload sebagai konten terbarunya. Sambil mengedit, ia selalu lama pada bagian wawancara dengan Nisa, berkali-kali ia memperhatikan dan menyimak wawancara itu sambil memandangi wajah Nisa yang sedang ia wawancarai. Gilang tak sadar sudah satu jam lebih ia berada di tempat pengeditan video gara-gara terlalu lama pada bagian wawancara dengan Nisa. Keinginan untuk ngobrol dengan Nisa semakin kuat gara-gara terlalu lama memperhatikan video wawancaranya dengan Nisa. Setelah satu jam lebih maka selesailah video itu di edit dan segera menguploadnya di chanel youtubnya. Setelah terupload, esoknya Gilang memberitahukan kepada Nisa bahwa wawancaranya semalam sudah ia upload di youtube, padahal Nisa tidak bertanya kepadanya. Nisapun barangkali untuk menghargai Gilang bertanya apa nama channelnya dan Gilang segera memberitahukannya. Nisapun segera membukanya. Gilang tak lupa berpesan untuk mensubscribe dan me like channel youtubenya.
illustrasi
Bulan terang di langit mengajakku bercanda dan aku menyahutinya dengan senang dan kami saling curhat di malam sunyi itu. Beberapa hari kami saling bercengkrama. Suasana kerja di perusahaan tidak ada perubahan, semua berjalan seperti biasa dan Gilang sesekali masih melihat Nisa seperti biasa dengan kegiatannya jika keluar dari ruangannya. Belum ada rasa yang spesial di hati Gilang kepada Nisa pada saat itu, hanya senang saja mendengar suara bicara Nisa pada waktu diwawancarai, tapi embrio "rasa" itu sudah mulai hidup di hati Gilang. Gilang tak punya ruang dan waktu untuk merawat embrio itu karena malu dan merasa "emang siapa aku"..fikirnya. Sampai suatu saat sebuah pengumuman di salah satu grup wa Gilang untuk perlombaan video pendek dan pesertanya dari pelajar, mahasiswa dan umum. Karena Gilang memang senang dengan buat-buat video dan melihat ada kesempatan untuk lomba video, maka ia terfikir untuk mengikutinya dan mencoba untuk mengajak Nisa dalam proyek perlombaan video yang akan diikutinya. Awalnya Gilang segan dan malu untuk mengajak Nisa ikut dalam lomba video itu, karena masih banyak keterbatasan peralatan yang belum ia punya untuk membuat sebuah video yang benar-benar bagus. Tapi dengan mengumpulkan segala keberanian, Gilangpun mengutarakan maksudnya pada Nisa. Ternyata Nisa malah mengatakan dirinya gak pandai berakting dan gak pede. Gilang mengatakan Nisa sangat mumpuni, ia sudah menyaksikan bagaimana Nisa berbicara waktu ia wawancarai. Dengan meyakinkan Nisa, maka Nisapun akhirnya menyetujui ajakan Gilang untuk ikut pada sebuah lomba video pendek. Waktu dan tempatpun mereka rencanakan untuk shooting video pendek tersebut. Dengan bantuan seorang teman Gilang yang disuruh untuk memegang kamera dan memvideokannya, Gilangpun berakting dengan apa yang dia bisa, begitu juga Nisa dengan peran yang ia perankan. Tidak memakan waktu yang begitu lama, proses rekam videopun selesai, dan kami segera mencari tempat untuk segera berbuka puasa. Bertepatan proses rekaman itu dilakukan pada saat bulan Ramadhan jadi sekalian kami berbuka puasa bersama dengan teman Gilang yang membantu menjadi kameramennya. Nisa ternyata sudah sangat haus dan lapar, wajahnya terlihat sudah sangat letih. Gilang jadi sangat kasihan melihatnya dan segera untuk mencari tempat kami berbuka puasa. Setelah selesai kamipun segera kembali pulang dengan mengendarai mobil Gilang. Setelah mengantarkan temannya, Gilangpun segera mengantarkan Nisa pulang ke rumahnya. Di perjalan pulang itulah banyak obrolan Gilang dan Nisa yang membuat mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Gilang jadi tau juga bahwa ternyata Nisa juga senang bernyanyi dan sempat menyanyikan beberapa lagu dengan pelan di dalam mobil sambil menuju pulang. Gilang terbayang Nisa menyanyikan lagu, Bad liar, lagu adelle dan beberapa lagu lainnya, walau lagu yang dinyanyikannya tak ada yang sampai habis. Gilang semakin tertarik padanya karena mereka punya sedikit hobi yang sama.
Sepertinya embrio "rasa" dalam diri Gilang semakin besar dan mulai mengganggu fikirannya. Tapi tujuan untuk mengantarkan Nisa pulang sudah semakin dekat. Gilang berharap tujuannya masih jauh lagi agar masih bisa lebih berlama-lama dengan Nisa dan ngobrol banyak hal. Tapi apa boleh buat tujuanpun sampai....Gilang mengucapkan terimakasih kepada Nisa karena sudah mau ikut dalam lomba video itu, walaupun hatinya masih ingin berlama-lama lagi dengan Nisa. Nisa tersenyum dan mengatakan ia juga senang kok mau percaya padanya. Perpisahan pun terjadi, dan Gilangpun tak tau apa yang sedang terjadi pada hatinya, kenapa ada rasa yang tak lepas ketika Nisa akan segera pergi?? Kenapa Gilang merasa ingin segera kebali bertemu Nisa? padahal proyek sudah selesai dan tinggal menunggu pengumuman juara?? Gilang berfikir kenapa aku ini? Apa mungkin Nisa juga merasakan hal yang sama?? Ah..gak mungkin...bisik hatinya.
ADS HERE !!!