Tulisan yang akan saya tulis ini merupakan bacaan yang saya baca pada sebuah buku yang berjudul "Api Sejarah, jilid kesatu, Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia", karya Ahmad Mansur Suryanegara. Saya tertatik untuk menuliskan kembali dalam blog ini dengan maksud salah satunya untuk mengingatkan saya akan apa yang telah saya baca sebelumnya, karena kata orang salah satu cara untuk mengingat adalah dengan menulisnya. Ntah benar entah enggak yaa...hehe
Napoleon Bonaparte mengadakan invasi ke Mesir, 1789 Masehi, bertujuan antara lain memutuskan jalan niaga Inggris dengan Indiadan Nusantara Indonesia. Kalian dah pada tau kan Siapa Napoleon Bonaparte? Saya anggap sudahla ya... Demikian pula Napoleon Bonaparte menduduki Belanda yang memiliki tanah jajahan di Indonesia. Walaupun kerajaan protestan Belanda masih baru menguasai sebagian dari Pulau Jawa. Namun kerajaan Protestan Belanda bekerja sama dengan Kerajaan Protestan Anglikan Inggris sebagai lawan dari Kekaisaran Prancis. Menguasai pula produk rempah rempah di Eropa Utara.
Di sisi lain, Napoleon Bonaparte menemukan pengalaman Umar Bin Khattab ra dalam memenangkan revolusi Islam di tanah Mesir. Dengan menggunakan tenaga petani Mesir, tumbanglah kekuasaan Romawi atas Mesir. Petani Mesir tertindas oleh kebijakan penguasa militer Romawi. Sebenarnya petani Mesir pada umumnya beragama Katolik. Kebijakan Umar bin Khattab ra mengembalikan tanah pertanian yang dikuasai oleh militer Romawi kepada para petani Mesir. Diputuskan tanah pertanian bukan sebagai ghanimah atau harta rampasan perang. Revolusi petani ini tidak dapat dipadamkan oleh kekuatan militer Romawi di Mesir. Akibatnya Islam diterima sebagai agama pembebas masyarakat Afrika Utara dari penindasan Kekaisaran Romawi.
Gambar diambil dari google.com
Sejarah mencatat Umar bin Khattab ra pengembang sistem land reform di bumi Afrika sebagai modal dasar memenagkan revolusi Islam di Afrika Utara. Adapun peletak dasar land reform system adalah Rasulullah saw pada saat di Madinah. Para petani Madinah dengan sukarela melepaskan hak tanahnya diberikan kepada sahabat Muhajirin. Sebenarnya pada masa Rasulullah saw telah terbentuk masyarakat yang memiliki kemerdekaan (liberte), persaudaraan sebagai sahabat (fraternite) dan persamaan (egalite). Ketiga hal ini dijadikan pembangkit revolusi Prancis yang didukung oleh para petani Prancis.
Ketiga hal tersebut dapat berlangsung secara damai tanpa ketegangan sosial di masyarakat Anshar petani Madinah dan masyarakat kota Makkah, Muhajirin. Ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw, pada abad 1 H atau abad 7 M, menjadikan setiap anggota masyarakat terbebas dari segenap sistem penindasan politik dan perbudakan, terangkat dalam strata sosial, persamaan serta terikat dalam kesatuan rasa, persaudaraan - innamal mukminun ikhwatun. Dari ajaran ini, Rasulullah saw memenangkan revolusi Islam dan menumbangkan seluruh sistem agama non Islam (QS 48:28). Tidak berangkat dari ajaran materialisme, melainkan membangkitkan kesadaran jihad atau semangat pengorbanan yang pertama dengan harta dan yang kedua dengan jiwa.
Dari pengalaman sejarah ini, Napoleon Bonaparte menirunya dengan menggerakkan petani Prancis untuk berpartisipasi dalam Revolusi Prancis. Hal ini dilakukan demi merebut kembali lahan pertanian mereka yang dikuasai oleh kalangan gerejawan, bangsawan dan raja ketiga golongan ini menjadi kuat posisi sosial politiknya akibat memiliki hak penguasaan lahan pertanian.
Di samping itu, Napoleon Bonaparte juga mengambil contoh penataan masyarakat Islam dengan hukum Islam. Bertolak dari hukum Islam ini dijadikan landasan hukum pidana dan perdata, serta hukum perniagaan di Prancis.
Gambar diambil dari google.com
Demikian pula, Napoleon Bonaparte, menetapkan adanya ukuran dan takaran yang telah ditetapkan oleh Umar bin Khattab ra, dan diberlakukan di masyarakat Islam Mesir. Ukuran panjang dengan satu meter terbagi dalam 100cm. Setiap centimeter terbagi dalam 10 mili. Ukuran berat dengan kilogram terbagi dalam setiap kilogram yang terbagi dalam 10 ons. Setiap ons terbagi dalam 100 gram.
Ukuran dan takaran ini dilawan oleh Kerajaan Protestan Inggris. Tidak terbagi dalam jumlah yang desimal. Perancis satu meter, dan Inggris satu yard hanya 91 cm, terbagi dalam satuan inchi dan kaki. Prancis kilogram, Inggris dalam pound dan kati.
Pengaruh ukuran dan takaran tersebut ke Indonesia dibawa oleh Gubernur Jendral Belanda Daendels. Setelah berakhir masa pemerintahan Daendels, 1808 - 1811, dan letnan jendral Thomas Stamford Raffles, 1811 - 1816 M, sistem ukuran dan takaran Perancis diberlakukan pula di Nusantara Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal ini sebagai akibat kerajaan Protestan Belanda dikuasai oleh Perancis. Kaisar Napoleon Bonaparte mengangkat saudaranya Louis Napoleon menjadi raja kerajaan Belanda.
Demikian sedikit bagi-bagi pengetahuannya ya guys....semoga ada manfaatnya. See u and Assalamu'alaikum.
ADS HERE !!!