
Identitas diri merupakan sebuah tanda dimana orang lain mengenali kita sebagai apa di tengah-tengah masyarakat. Identitas diri ini dapat kita lihat dari berbagai bentuk, pertama dari bahasa yang kita gunakan. Bahasa yang kita gunakan akan menunjukkan siapa kita, bangsa apa kita atau suku apa kita. Sehingga dengan mengetahui hal tersebut maka orang lain akan bisa mengenali kita sebagai in group nya atau out group nya. Kedua, Perangkat tubuh atau pakaian yang kita gunakan juga dapat menjadi penanda bagi kita untuk menunjukkan kepada orang lain siapa atau dari kelompok mana kita. Sebagai contoh, ketika kita berada di tengah-tengah orang lain, kita menggunakan lobey atau peci, maka orang lain akan mengenali kita sebagai seorang yang beragama Islam. Bisa juga dengan kita menggunakan pakaian Korpri ketika berada di tengah-tengah masyarakat, maka orang lain dapat mengenali kita sebagai seorang Pegawai Negeri atau Aparatur Sipil Negara (ASN). Begitu juga dengan aksesoris yang kita gunakan ketika kita berpakaian. Ketiga, cara berfikir juga dapat menjadi penanda bagi kita. Pada cara berfikir ini biasanya akan sangat dipengaruhi oleh kelompok dimana kita bergaul atau berorganisasi. Kelompok atau organisasi itulah biasanya yang menginternalisasikan nilai-nilai berfikir pada seseorang yang berada di dalamnya. Keempat, cara bertindak atau bersikap juga tak lepas sebagai penanda identitas seseorang. Bagaimana seseorang merespon sesuatu atau bersikap ketika mendapat sebuah aksi dari pihak luar akan sangat dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang ada pada dirinya. Sama dengan yang ketiga bahwa cara bersikap seseorang juga sangat dipengaruhi oleh tempat dimana ia bergaul atau bersosialisasi selama ini.
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini barangkali bisa kita lihat bahwa ada seseorang yang sangat bangga dengan menunjukkan identitas dirinya di tengah masyarakat, agar orang tau siapa dia atau sebagai apa ia. Sebaliknya terdapat juga orang yang enggan atau malu menunjukkan identitas dirinya di tengah-tengah masyarakat. Sebagai contoh, seorang muslim yang malu menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang muslim di tengah masyarakat. Ia malu menggunakan lobey jika masih berada di tengah orang lain, barangkali takut dikatakan sok alim dan sebagainya. Parahnya, ketika seseorang sedang mengikuti sebuah acara, lantas tiba waktu sholat. Dikarenakan ia masih bersama orang lain yang tidak seagama dengannya, ia rela untuk tidak melakukan sholat hanya karena segan dan menganggap itu sebagai sesuatu yang fanatik. Padahal buat saya sendiri beragama yang memang harus fanatik, karena dengan kefanatikan itulah seseorang akan istiqomah melaksanakan semua perintah agamanya. Kalau tidak fanatik malah akan dengan gampang meninggalkan apa yang dianjurkan oleh agamanya, hanya karena segan dengan orang lain dan takut dianggap sok alim. Karakter seperti ini dapat disebut sebagai orang-orang pluralis atau orang multikultural. Bagi seorang muslim, apalagi yang bisa menjadi penanda identitas dirinya kalau tidak sholat? Karena dari segi pakaian, semua sudah hampir sama dari cara bicara juga hampir sama, wajah atau yang sifatnya ras juga sama. Maka tinggal sholatlah yang membedakan antara seorang muslim dengan yang bukan muslim. Jika untuk sholat itupun seseorang tidak mau melakukannya, maka inilah yang disebut dengan seseorang malu menunjukkan identitas sosialnya.

Lantas apa pentingnya bagi kita untuk menunjukkan identitas sosial itu?
Bagi saya, identitas sosial itu perlu diketahui agar orang lain dapat memberikan reaksi yang tepat kepada kita sesuai dengan identitas diri kita. Terkadang kita atau seseorang tidak siap dengan aksi yang diberikan orang lain karena terasa tidak tepat dengan identitas yang kita miliki. Lebih sederhananya begini ; Jika seseorang tidak mengetahui bahwa orang lain atau temannya itu beragama berbeda dengan dia maka bisa saja ia akan berbicara sembarangan tanpa menghiraukan agama orang lain, karena bisa saja ia berbicara tentang agama yang orang lain padahal lawan bicaranya adalah seseorang yang beragama seperti yang ia bicarakan, sehingga bisa saja terjadi ketersinggungan dan akhirnya bermuara pada konflik. Nah, dengan mengetahui identitas seseorang itu, maka kita akan berbicara atau berinteraksi dengan orang lain itu dengan menjaga tata krama atau nilai-nilai jangan sampai orang lain itu merasa tidak enak atau tersinggung dengan sikap kita. Tidak hanya persoalan agama, tetapi yang lainnya juga, misalnya suku, daerah asal dan lain lain. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, maka pola interaksi yang kita kembangkan akan terjaga agar hubungan kita dengan orang lain atau masyarakat dapat berjalan dengan harmonis. Seperti itulah pengetahuan multikultural itu harus difahami oleh masyarakat agar semua dapat menjaga keharmonisan bermasyarakat. Bagi agama Islam dianjurkan juga untuk menghargai dan menghormati orang tidak seagama dengannya, barangkali begitu juga dengan agama yang bukan Islam. Akhirnya semoga negara Indonesia ini dapat hidup dengan damai, sejahtera dan dijauhkan dari konflik yang bernuansa apapun.

Demikian semoga bermanfaat.
ADS HERE !!!