Beberapa bulan hubungan Gilang dan Nisa berjalan, sampai pada satu saat liburan kerja tiba. Merekapun menikmati liburan masing-masing dengan keluarga mereka. Berbagai kegiatan mereka lakukan sendiri tanpa kebersamaan. Terkadang di tengah kegiatan Gilang masih teringat pada Nisa dan kadang-kadang berfikir Nisa sedang apa ya? Begitu juga Nisa yang kadang berfikir sama. Mereka mengingat saat saat kebersamaan mereka yang indah. Indaaah sekali. Tapi tetap saja mereka bukan pasangan yang halal.
Gejolak hati pada Gilang mulai terasa dan cukup menggebrak psikologisnya. Suara-suara kebenaran selalu datang dan menggedor-gedor dadanya. Sesekali ia buang perasaan itu dan terus mengatakan bahwa Nisa adalah hasratnya. Beberapa bulan kemudian Gilang terus menjalani hubungannya dengan Nisa karena sangat sulit buat Gilang untuk bisa melupakannya. Bayang-bayang apa yang sudah mereka lalui bersama bagai telah merasuki sela-sela fikiran Gilang. Tapi sesaat suara suara kebenaran di dalam hati Gilang juga cukup kuat menghentakkan Gilang ke dalam sebuah ketakutan. Ketakutan akan dosa, ketakutan akan sebuah masalah yang akan menimpanya, ketakutan akan ketidakmampuannya menetralisir konsentrasinya dan lain sebagainya.
Tibalah moment pergantian tahun, Gilang berusaha untuk menjauhi Nisa, walau ia tau bahwa itu sebuah kerja berat, lebih berat dari kerja membangun gedung
Burj Khalifa di Dubai. Gilang sebenarnya ingin mengatakan kepada Nisa bahwa sebenarnya ia bukan tidak menyayangi Nisa lagi. Ia tetap sayang dan tetap mnejadikan Nisa seseorang yang spesial dalam hatinya. Gilang sebenarnya hanya ingin pola hubungan yang selama ini mereka jalani selama ini diubah. Gilang ingin mereka tetap bisa berinterakasi, curhat atau sharing tentang apa saja, tetapi tidak harus bertemu dengan gaya mereka yang sebelumnya, karena Gilang takut dan khawatir tidak bisa mengontrol dirinya dan berakibat pada sesuatu yang tidak mereka inginkan, dan lebih jauh dari itu Gilang takut pada Allah swt dan membayangkan siksaan yang akan ia terima kelak ketika ia menghembuskan nafas terakhirnya. Tapi Gilang malu untuk mengatakan itu semua kepada Nisa, karena ia takut dibilang sok alim, sok suci dan sejenisnya. Tetapi sesungguhnya itulah yang ada di dalam hati Gilang.

Gilang merasa dilema...ia takut akan dosa kepada Allah swt, di sisi lain ia juga sangat merindukan Nisa dan ingin selalu berdekatan dengannya. Perang perasaan itu masih terus bergejolak di hati Gilang. Ntah sampai kapan itu berlangsung. Gilang hanya terus berdo'a semoga semua baik-baik saja, dijauhkan Allah swt dari masalah, dan terus mendo'akan Nisa agar sukses dan bahagia selalu walaupun akhirnya tak bersamanya....
Miss u Nisa....kata Gilang dalam hati.
The End
ADS HERE !!!