Individu bersosialisasi lebih banyak di lingkungan sosial dimana ia tinggal. Tetapi lebih banyak lagi dan yang membentuk kepribadiannya pertama sekali yaitu lingkungan keluarga. Untuk itulah keluarga dikatakan sebagai media sosialisasi primer.
Keluarga memiliki budaya yang berbeda- beda dengan segala kebiasaan yang hidup di dalamnya. Ada yang religius, hedon, otoriter, sangat demokratis, ada yang suka menghidupkan musik pagi siang malam dan masih banyak lagi ragamnya. Dari situlah pertama sekali seorang anak mengenal sebuah warna budaya.
Sebuah keluarga juga hidup dalam lingkungan sosial yang cenderung memiliki kelas sosial yang sama. Saya kira kita semua setuju dengan itu. Jarang kita melihat satu kompleks perumahan orang kaya tetapi di dalamnya terdapat rumah yang dihuni oleh orang yang berpenghasilan rendah (baca: miskin), karena sudah tentu ia tidak akan sanggup membiayai perawatan rumahnya, itu salah satunya. Begitu juga sebaliknya, jarang kita temukan sebuah lingkungan sosial dimana orang-orang yang berpenghasilan rendah didapati orang yang kaya dan per penghasilan tinggi tinggal di sana.
Dari gambaran di atas, dapatlah kita mengambil gambaran awal bahwa budaya yang diadopsi oleh seseorang sangat tergantung pada keluarga dan lingkungan sosialnya. Misalnya di dalam keluarga atau di rumahnya, jika anggota keluarganya sering menghidupkan musik jenis tertentu, maka yang didengar oleh seisi rumah itu adalah musik yang diperdengarkan itu dan karena terlalu sering boleh jadi akan menginternalisasi dalam dirinya. Begitu juga dengan lingkungan sosial nya, karena sering memperdengarkan jenis musik tertentu maka turut juga memberikan kontribusi dalam proses internalisasi musik tadi.
Nah... Sekarang jenis musik seperti apa sih yang biasanya hidup pada lingkungan sosial tertentu?
Ini bahasan yang agak sensitif, tetapi perlu diingat bahwa semua budaya itu sama, tidak ada satu budaya yang lebih tinggi dari budaya yang lain, dalam istilah antropologi disebut dengan reltivisme kebudayaan.
Berdasarkan pengalaman, atau apa yang saya jalani dari kecil hingga saat ini, saya melihat bahwa kecenderungan musik yang hidup di daerah perkampungan atau pedesaan adalah musik dangdut. Saya sering berada di perkampungan bahkan beberapa perkampungan cenderung sama selera musiknya. Begitu juga ketika ada acara-acara yang menghadirkan hiburan musik, selalu didominasi oleh musik-musik yang bergenre dangdut.
Berbeda halnya dengan di daerah perkotaan atau acara-acara di hotel atau tempat-tempat yang relatif mahal, dan saya juga sering menghadirinya. Di sana hiburan musiknya tidak didominasi oleh musik-musik dangdut, melainkan musik-musik pop, klasik, atau lagu-lagu barat klasik, pop rock yang notabene bukan bergenre dangdut, walaupun sesekali hadir juga di situ.
Selain itu, kalau kita melirik ke daerah kampus tempat anak anak kuliah yang mengadakan konser musik, atau pestival musik maka jarang sekali kita mendengar musik dangdut sebagai genre musik yang dibawakan. Karena kampus selalu berada di perkotaan maka kita anggaplah kampus sebagai representasi dari budaya musik perkotaan.
Dari paparan di atas kiranya bisalah kita berasumsi bahwa daerah pedesaan/perkampungan cenderung dikategorikan kelas sosial bawah (jika dilihat dari perekonomiannya), sebaliknya masyarakat perkotaan cenderung dikategorikan kelas sosial atas.
Demikianlah, ini hanya sekilas analisa saya terhadap selera musik seseorang saja. Jikapun salah, saya mohon masukannya dan ini semata-mata bukan bermaksud mendiskriditkan sekelompok orang atau maksud-maksud negatif lainnya.
ADS HERE !!!