Saat ini dunia pendidikan sangat sibuk membicarakan tentang kurikulum merdeka. Apa sih itu? Pertanyaan ini cukup menarik untuk dibicarakan terutama oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Kurikulum merdeka pada dasarnya adalah sebuah kurikulum darurat yang mengantisipasi ketertinggalan kurikulum sebelumnya (K13) sehingga diharapak kurikulum ini dapat mengisi kekosongan atau kekurangan atau ketertinggalan pendidikan di masa-masa pandemi yang lewat. Kurikulum merdekan ini memiliki berbagai perbedaan dengan kurikulum merdeka.
Baiklah agar lebih gampang memahaminya saya akan coba jelaskan mahkluk apa yang bernama kurikulum merdeka. Kata "Merdeka" ini dapat diartikan bahwa siswa diberikan kebebasan untuk memilih materi-materi pelajaran yang lebih menarik buat mereka. Dengan demikian maka guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, melainkan hanya menjadi salah sati faktor buat siswa untuk belajar. Sebagai contoh pada pelajaran Sosiologi, maka guru menawarkan kepada siswa untuk memilih materi yang mana terlebih dahulu untuk dipelajari. Setelah disepakati materi mana yang akan dipelajari maka guru tinggal melakukan modifikasi dalam sistem pengajaran yang akan dilakukan. Tentunya dalam mgajarkan setiap materi itu tentu juga memiliki metode yang berbeda-beda. DI kelas yang satu seperti ini, sedangkan di kelas yang lain seperti ini. Untuk kedisiplinan dan keteraturan proses belajar mengajar, maka guru dan siswa dapat melakukan kesepakatan dengan siswa, misalnya kesepakatan tentang jam berapa sudah berada di kelas, atau tugas dikumpul jam berapa? Dengan demikian yang terlambat tidak bisa banyak cerita karena ia sendiri ikut membuat kesepakatan itu.
Kurikulum merdeka ini merupakan sebuah perubahan paradigma dari paradigma objectivism menjadi paradigma constructivism. Paradigma objectivism, dimana pengetahuan dan pengalaman manusia adalah hal yang terpisah. Pandangan ini menitikberatkan ketuntasan tujuan pembelajaran dan memandang peserta didik sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh pendidik (Tyler, 2013). Sedangkan paradigma constructivism, dimana pengetahuan merupakan konstruksi (pengalaman) manusia dari interaksi dengan lingkungannya. Pandangan ini melihat pembelajaran sebagai proses penemuan dan penciptaan. Artinya, pendidik dan peserta didik bersama membangun pemahaman selama pembelajaran (van de Walle, Karp dan Bay Williams, 2014, 1991).
Sebagai contoh : bagaimana kita mengetahui es itu dingin, kalau kita tidak pernah menyentuhnya.
Praktisnya begini :
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, kita biarkan siswa mengeksplore sesuatu yang ia ketahui, dengan asumsi bahwa ia telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang apa yang sedang akan dipelajari. Hanya saja mungkin ia belum mengetahui istilah atau konsep yang sebenarnya sudah pernah ia ketahui atau alami. Maka pendidik tinggal memberitahukan saja isitilah itu kepada peserta didik. Seperti itulah kira-kira salah satu proses belajar yang bisa dilakukan, dengan asumsi bahwa peserta didik telah memiliki banyak pengetahuan atau pengalaman tentang materi pelajaran yang akan dipelajari.
okey guys....itu dulu ya tentang kurikulum merdeka. Nanti kita sambung lagi agar lebih dalam. See u, assalamu'alaikum.
ADS HERE !!!